Iya-iya percaya, selera kalean emang yang paling berkelas deh pokoknya~

Alay merupakan stereotipe yang menggambarkan gaya hidup yang dianggap norak atau kampungan (wikipedia).
Beberapa tahun yang lalu saat aku sedang menggilai musik indie, sering kutemui komentar-komentar menghina atau merendahkan musisi-musisi yang bukan indie. Contohnya nih : “coba aja musik kayak gini (indie) lebih banyak lagi di Indonesia”, atau “lagu-lagu kayak ono itu tuh yang bikin anak-anak pada gobl*ok”.
Awalnya emang aku setuju sama komentar-komentar itu, dan aku sadar bahwa aku juga dulu pas masih SMP juga suka dengerin lagu-lagu berlabel “alay” tersebut, yang artinya aku sendiri juga kampungan, jajaja.
Baca dulu nih : Memahami Musik Indie Lebih Dari Sekedar Senja dan Kopi
Well, tanpa aku sebutin musisi mana yang disebut-sebut sebagai golongan “alay”, temen-temen disini kayaknya pasti udah tau lah siapa-siapa mereka. But guys, seriously, yang namanya musik “alay” itu nggak ada.
Sekarang gini deh, hanya karena musik-musik mereka mendayu-dayu, liriknya dangkal, cuma bawa konteks cinta-cintaan, tapi bukan berarti musik mereka kampungan. Hanya karena musik-musik itu nggak cocok di telinga antum-antum, bukan berarti mereka jelek. Bisa jadi selera antum tuh yang jelek, xixixi.
Jelek atau enggak, berkelas atau enggak, semua itu tergantung selera. Sebagus apapun musisi atau lagu-lagu favorit kita belum tentu juga dianggap bagus sama mereka yang disebut-sebut sebagai golongan “penikmat musik alay”. Aku teringat satu bahasan kuliah yang mempertegas hal ini. De gustibus non est disputandum, begitulah kira-kira bunyinya. Ia menjadi dalil bahwa selera itu tidak dapat diperdebatkan. Kalau situ suka A, bukan berarti si dia harus suka A juga. Kalau situ gak suka si A, bukan berarti si A itu jelek. Gitcu~
Kalian yang ngakunya anak indie, anak rock, anak jazz, anak K-Pop, plis deh ga usah ge-er dan menganggap bahwa selera kalian itu lebih “berkelas” ketimbang mereka-mereka yang dengerin band-band melayu atau dangdut koplo. Kalian sadar gak sih kalau misal selera musik kalian sendiri itu juga dianggap aneh banget sama anak-anak yang kalian bilang selera musiknya “alay” itu.
Oke-oke, mari kita akhiri keributan ini.
Sekali lagi, aku yang hanya seorang awam ini ingin menegaskan bahwa semua musik di dunia ini bagus di telinga para pendengarnya. Tidak ada yang berhak mendiskreditkan lagu, musisi, maupun para penikmatnya, karena “bagus” itu sifatnya relatif. Kita-kita yang tidak suka dengan mereka cukup disimpan saja di dalam hati, jangan sampai menghina mereka dan karyanya. At least mereka bisa bikin sesuatu, bisa menghasilkan duit dari karya yang menurut kalian “sampah” atau “alay” itu, meanwhile antum-antum disono bisanya cuma ngejulidin mereka. Hihihi. Sekian.
hbs kena apa nih ? pasti krena mulut netizen hihi
SukaSuka
Aku adalah netizennya ini mbak 😂
SukaSuka
Hai yang di sana. Terima kasih udah ngunjungin blog saya.
Saya gak pinter bikin komen, jadi saya like aja beberapa posts ya
SukaDisukai oleh 1 orang
Hai yang di sana.
Saya baca komenmu di blog saya.
Saya tinggalin beberapa like aja ya sebagai balasannya 😉
SukaDisukai oleh 1 orang
Hai kak Rafini 😊
Terima kasih sudah berkunjung di blog ku
Mari berteman kak 😊
SukaSuka
Marii~
SukaSuka